Surah al-'Ashr

Surah Al-'Ahsr

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3).

Surah Al-'Asr (bahasa Arab:العصر) adalah surah ke-103 dari al-Qur'an. Surah ini tergolong surah Makkiyah dan terdiri atas 3 ayat. Kata Al 'Ashr berarti waktu/masa dan diambil dari ayat pertama surat ini. Isi surat mengabarkan bahwa sesungguhnya semua manusia itu berada dalam keadaan merugi kecuali dia termasuk mereka yang selalu beramal saleh, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.

Asbabun Nuzul

Asbabun nuzul Surat al-Ashr berhubungan dengan kebiasaan bangsa Arab di masa lampau. Masyarakat Arab pada waku itu mempunyai tradisi kumpu-kumpul di sore hari. Mereka membincang segala aktifitas serta kehidupan masing-masing kelompoknya.

Percakapan mereka acapkali menyinggung keunggulan serta kemegahan suku, nenek moyang, kekayaan dan kehidupan suku masing-masing. Awal mulanya, percakapan tersebut berjalan lancar tanpa adanya sikap saling menyombongkan kelompoknya. Namun, karena seringnya mengungkit keunggulan serta kemegahan sukunya, pertemuan tadi malah berujung pertikaian.

Pertikaian antar kelompok terjadi berawal dari sikap saling iri dan ego sentris kelompok. Sikap ego sentris yang ditampilkan antar kelompok menimbulkan benih permusuhan di masyarakat. Akibat kejadian tersebut, masyarakat Arab mengutuk bahwa waktu ashar merupakan waktu naas.

Masyarakat Arab menilai waktu ashar merupakan hari cilaka. Mereka menganggap waktu ashar menjadi penyebab terjadinya pertikain dan permusuhan antar kelompok di masyarakat. Hingga ada sebagian masyarakat yang kerapkali menyalahkan waktu ashar sebagai akar masalah dari semua pertikain yang ada.

Syekh Muhammad Abduh menjelaskan bahwa prahara yang menimpa bangsa Arab saat itu menjadi latar belakang turunnya Surat al-Ashr. Surat al-Ashr menegaskan bahwa penyebab permusuhan yang terjadi adalah kesalahan manusianya sendiri. Faktor keegoisan dan sikap membanggakan kelompok-lah yang memicu konflik antar kelompok tersebut.

Isi Kandungan Surah Al-'Ashr

Demi Masa

Allah bersumpah dengan al ‘ashr, yang dimaksud adalah waktu atau umur. Karena umur inilah nikmat besar yang diberikan kepada manusia. Umur ini yang digunakan untuk beribadah kepada Allah. Karena sebab umur, manusia menjadi mulia dan jika Allah menetapkan, ia akan masuk surga.

Manusia Benar-Benar dalam Kerugian

Manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kerugian di sini adalah lawan dari keberuntungan. Kerugian sendiri ada dua macam kata Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah.

Yang pertama, kerugian mutlak yaitu orang yang merugi di dunia dan akhirat. Ia luput dari nikmat dan mendapat siksa di neraka jahim.

Yang kedua, kerugian dari sebagian sisi, bukan yang lainnya. Allah mengglobalkan kerugian pada setiap manusia kecuali yang punya empat sifat: (1) iman, (2) beramal sholeh, (3) saling menasehati dalam kebenaran, (4) saling menasehati dalam kesabaran.

1- Mereka yang Memiliki Iman

Yang dimaksud dengan orang yang selamat dari kerugian yang pertama adalah yang memiliki iman. Syaikh As Sa’di menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah perintah beriman kepada Allah dan beriman kepada-Nya tidak diperoleh kecuali dengan ilmu. Iman itu diperoleh dari ilmu.

Syaikh Sholeh Alu Syaikh berkata bahwa iman di dalamnya harus terdapat perkataan, amalan dan keyakinan. Keyakinan (i’tiqod) inilah ilmu. Karena ilmu berasal dari hati dan akal. Jadi orang yang berilmu jelas selamat dari kerugian.

2- Mereka yang Beramal Sholeh

Yang dimaksud di sini adalah yang melakukan seluruh kebaikan yang lahir maupun yang batin, yang berkaitan dengan hak Allah maupun hak manusia, yang wajib maupun yang sunnah.

3- Mereka yang Saling Menasehati dalam Kebenaran

Yang dimaksud adalah saling menasehati dalam dua hal yang disebutkan sebelumnya. Mereka saling menasehati, memotivasi, dan mendorong untuk beriman dan melakukan amalan sholeh.

4- Mereka yang Saling Menasehati dalam Kesabaran

Yaitu saling menasehati untuk bersabar dalam ketaatan kepada Allah dan menjauhi maksiat, juga sabar dalam menghadapi takdir Allah yang dirasa menyakitkan. Karena sabar itu ada tiga macam: (1) sabar dalam melakukan ketaatan, (2) sabar dalam menjauhi maksiat, (3) sabar dalam menghadapi takdir Allah yang terasa menyenangkan atau menyakitkan.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel